Kisah  Anjing Ajaib Hidup di Area Radiasi Nuklir Ukraina, Perempuan Ini Kaget  Peliha Anjing Besarnya Berubah Jadi Beruang, Kok Bisa? Begini Ceritanya

(dok:Chernobyl . ©2013 Merdeka.com/tour2chernobyl.com)

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Ledakan nuklir pembangkit listrik di Chernobyl, Pripyat, Ukraina 40 tahun lalu masih meninggalkan kisah kelam hingga saat ini. Meski sudah puluhan tahun berlalu, Kota Pripyat masih tak dapat dihuni manusia karena masuk dalam daerah radiasi. Meski begitu, banyak binatang liar dan tanaman yang hidup di lokasi ini dan kini menjadi salah satu cagar alam terbesar di Eropa.

    Sebuah penelitian terbaru mencoba mencari tau bagaimana kontaminasi radiasi nuklir tersebut dapat mempengaruhi DNA para satwa liar ini dari generasi ke genarasi.

   Seperti beberapa anjing yang hidup di kawasan tersebut. Banyak anjing yang diperkirakan sudah ada sejak peristiwa itu terjadi namun hingga kini masih berkembang biak.

 

BACA JUGA:

Perjuangan Anjing Pelacak K9 Mengendus Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

Aksi Anjing Pelacak K9 Cari Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

Para peneliti menemukan sebuah kesimpulan sementara adanya perbedaan genetika antar anjing tersebut. Peneliti tersebut memperdebatkan bagaimana paparan lingkungan dapat diwariskan hingga generasi saat ini. Berikut ulasan lengkapnya.

Satwa Liar di Area Radiasi Nuklir Chernobyl

    Mengutip laman sciencealert, Minggu (5/3) sebuah penelitian mengungkap fakta unik di balik kisah kelam tragedi ledakan nuklir di Chernobyl, Ukraina 40 tahun lalu.

 

    Puluhan tahun berlalu sebuah kota bernama Pripyat di Ukraina tak lagi dihuni manusia karena menjadi zona panas radioaktif. Namun uniknya banyak satwa liar hidup di sana seperti serigala, kuda liar, burung, bison, rusa, katak, dan anjing.

  Satwa tersebut hidup berkeliaran di bangkai bangunan beton dan hutan yang tumbuh di lokasi tersebut.

   Dikutip dari merdeka.com, para peneliti mengungkap bahwa ada penurunan populasi burung yang besar setelah radiasi meningkat. Namun beberapa satwa mengalami mutasi genetik karena hal tersebut meski masih banyak perdebatan dan minim bukti tentang efek radiasi tersebut.

Perubahan Genetika Alami Satwa Liar

    Peneliti Internasional mencoba menganalisa kemungkinan hewan menyerap sejumlah kecil radiasi yang dianggap tak lagi berbahaya sehingga dapat mewarisi sifat genetik hingga dapat menimbulkan perbedaan bentuk antar generasi.

    Dugaan lain adalah hewan telah mengalami fase keluar masuk zona yang terkontaminasi secara bertahun-tahun hingga mengalami eksperimen alami. Eksperimen ini dapat berguna bagi penelitian terkait efek radiasi terhadap makhluk biologis.

   Mamalia seperti anjing dan kuda menjadi obyek penelitian karena pengaruh radiasi terhadap kesehatan mereka dapat mencerahkan kita tentang apa yang mungkin terjadi ketika manusia akhirnya kembali.

    Radiasi terus memancar dari area yang sekarang dikenal sebagai Zona Pengecualian Chernobyl, yang membentang sekitar 2.600 kilometer persegi (sekitar 1.000 mil persegi) di sekitar pembangkit listrik yang hancur.

Populasi Anjing Radiasi di Chernobyl

    Penelitian terhadap populasi anjing di Chernobyl terkait studi genetika dengan membandingkan perubahan spesies memberikan dasar menjawab dugaan para peneliti selama ini.

 

    Beberapa anjing merupakan keturunan hewan peliharaan para korban yang mengungsi sehingga tak diketahui berapa jumlah populasi yang tersisa.

    Ahli Biologi dari University of South Carolina Timothy Mousseau dan rekannya dalam makalah yang diterbitkan mengatakan bahwa populasi hewan tersebut harus diteliti dari berbagai banyak faktor.

   "Sebelum efek radiasi pada seluruh genom populasi ini dapat diisolasi dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi, demografi dan sejarah populasi itu sendiri perlu dipahami," tulisnya.

    Saat ini ada lebih dari 800 anjing yang hidup di dalam dan sekitar Chernobyl. Anjing tersebut dirawat oleh para pekerja pembangkit listrik yang kembali untuk merawat fasilitas tersebut.

Perbedaan Genetika Antar Anjing

    Dalam dua tahun terakhir, dokter hewan CDRI mengumpulkan darah dari 302 anjing di tiga populasi. Data tersebut diteliti oleh mahasiswa PhD dari University of South Carolina, Gabriella Spatola.

    Spatola dan rekannya meneliti tiga sifat dari kelimpok keluarga utama di Chernobyl. Alhasil mereka menemukan data bahwa anjing tersebut memiliki kekerabatan genetik. Anjing itu berpindah antar lokasi, hidup berdekatan satu sama lain, dan berkembang biak dengan bebas.

   Seorang peneliti bernama Mousseau mengatakan percampuran tiga populasi anjing di Chernobyl memperlihatkan bahwa anjing tersebut sudah ada di wilayah Chernobyl sudah sejak lama bahkan saat bencana terjadi atau sebelumnya.

   Jenis anjing di Chernobyl juga berbeda dari jenis anjing umum di Eropa Timur, Asia, atau Timur Tengah. Namun ada beberapa jenis anjing modern seperti mastiff yang ditemukan di populasi Chernobyl.

 

    Menariknya para anjing tersebut terpapar radiasi dengan beragam tingkatan. Para peneliti merancang studi kembali untuk menemukan varian genetik kritis karena peristiwa yang terjadi setelah puluhan tahun lingkungan terkontaminasi.

Berubah Jadi Beruang

   Sementara itu Sebuah keluarga di pinggiran China mengadopsi seekor anak anjing namun dua tahun kemudian ternyata itu adalah seekor beruang.

   Su Yun, yang tinggal di luar kota Kunming, Provinsi Yunnan, mengatakan dia membeli seekor anak anjing saat berlibur pada 2016. Saat itu penjual mengatakan itu anjing ras Tibetan mastiff.

   Tibetan mastiff merupakan anjing besar dengan bulu lebat percampuran hitam dan coklat. Tibetan mastiff jantan beratnya bisa sampai 68 kilogram.

   Dikutip dari laman India Times, Su Yun awalnya kaget dengan anjingnya yang selalu kelaparan, bisa menghabiskan sekotak buah dan dua keranjang mi setiap hari. Setelah dua tahun, berat anjing itu mencapai 113 kilogram dan semakin besar.

   Kebingungan perempuan itu berubah menjadi ketakutan ketika dia melihat kemampuan ganjil hewan tersebut berjalan dengan dua kaki.

 

"Semakin besar, dia semakin terlihat seperti seekor beruang," kata Su kepada media China dikutip merdeka.com.

   Sebagai seseorang yang agak takut dengan beruang, Su semakin curiga dengan sifat alamiah hewan peliharaannya itu yang tidak mau duduk dengannya.

   Su kemudian menghubungi polisi. Polisi mengonfirmasi bahwa "anjing" milik Su itu adalah beruang hitam Asia yang langka dan berbahaya.

 

Beruang Asia jantan dewasa atau juga dikenal dengan nama beruang Himalaya bisa mencapai berat 181 kilogram.

   Beruang milik Su itu kemudian dibawa ke Yunnan Wildlife Rescue. Petugas membawa beruang ketika ia sedang tertidur, karena binatang liar sulit sulit didekati ketika masih terjaga.***